Jumat, 22 Maret 2013

KOMPLEK ISTANA TERBAKAR

Kepanikan melanda kompleks Istana Negara, tempat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkantor, kemarin sore. Gedung Sekretariat Negara yang letaknya bersebelahan dengan Istana Negara kemarin terbakar hebat. SBY yang saat itu sedang rapat kabinet, terkaget-kaget. Dengan wajah tegang, dia melihat kebakaran itu dari jendela ruang rapat.

Saat kebakaran terjadi, SBY tengah memimpin rapat bersama beberapa menteri. Sontak ketika api membesar dan asap membubung,
SBY langsung membubarkan rapat dan bergegas menuju gedung tersebut. Sesampainya di lokasi, SBY mengambil posisi dekat salah satu mobil pemadam, lalu menginstruksikan petugas untuk mengarahkan semprotan ke titik-titik api yang terlihat.

Meski letaknya agak berjauhan dari kantor Presiden, terjadinya kebakaran yang lokasinya satu kompleks dengan tempat Presiden SBY biasa berkantor ini, sempat memunculkan spekulasi sabotase. Apalagi beberapa hari terakhir, isu kudeta keras mengemuka. Namun saat hal ini dikonfirmasi, Menkopolhukam Djoko Suyanto buru-buru membantahnya. "Enggaklah. Kita konsentrasi pemadaman dulu.

Jangan sejauh itu (dugaannya), jangan negatif dulu," kata Djoko yang juga terlihat mengunjungi lokasi kejadian bersama dengan Menko Ekonomi Hatta Rajasa dan Mendagri, Gamawan Fauzi. Saat diminta tanggapannya mengenai dugaan penyebab kebakaran yang baru pertama kali terjadi di kompleks Istana Negara, Djoko Suyanto lagi-lagi enggan berkomentar.

"Kami belum tahu, tunggu pemadaman saja, saya belum mau komentar apa-apa," tegas Djoko. Akibat kebakaran, aula yang terletak di lantai tiga gedung yang direnovasi tahun 2012 lalu dengan biaya Rp 41,39 miliar itu, ludes terbakar. Informasi yang dihimpun, api kali pertama diketahui sekitar pukul 17.00. "Kami terima laporan kebakaran pukul 17.15," terang Kepala Dinas Kebakaran DKI Jakarta Subejo.

Bejo mengatakan, mobil damkar paling awal tiba lima menit setelah pihaknya menerima laporan. "Saat kami datang, api sudah berkobar di lantai tiga," ujarnya. Yang terbakar adalah sebuah ruangan aula dengan ukuran cukup luas. Barang-barang yang ada di situ pun ludes, termasuk kursi, meja, dan pendingin ruangan. Selain itu, atap bangunan berukuran 50 meter x 15 meter tersebut juga ludes hingga tinggal menyisakan rangkanya.

Namun, rangka atap gedung tu tidak sampai ikut hancur akibat pemuaian. Tidak kurang 37 unit mobil damkar termasuk pendukungnya didatangkan ke kompleks Istana Negara. Setelah berjibaku sekitar satu jam, api mulai bisa dikuasai. Hingga kemarin, penyebab kebakaran masih diselidiki polisi. Dugaan terkuat akibat korsleting. Karena di Setneg, tidak ada peralatan memasak seperti kompor dan lainnya.

SERIUS DIANCAM?

Untuk diketahui, Presiden SBY sepertinya serius menanggapi isu kudeta dan sabotase. Sepekan lalu, SBY memanggil 7 purnawirawan jenderal ke Istana Negara. Meski Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha mengatakan pertemuan tersebut adalah pertemuan biasa yang memang rutin dilakukan SBY dalam membahas masalah-masalah negara, spekulasi dari berbagai pihak deras bermunculan.

Menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, Presiden SBY mulai panik setelah mencium adanya gelagat yang ingin menggulingkan pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Hal itu yang menjadi dasar pertemuan di kantor Kepresidenan. "Ancaman itu memang adalah untuk menggulingkan pemerintahan SBY.

Bisa jadi memang seperti itu, sehingga presiden harus membangun pemikiran bersama untuk melindungi pemerintah," kata Arbi, belum lama ini. Menurutnya, pertemuan yang digelar secara tertutup itu guna mengantisipasi gerakan perlawanan kepada pemerintahan SBY. Hal itu, kata Arbi, mengingat maraknya konflik antarwarga dan buruh.

Untuk diketahui, ketujuh jenderal yang menemui SBY itu adalah Luhut Panjaitan, Subagyo HS, Fahrul Rozi, Agus Wijoyo, Johny Josephus, Sumardi, dan Suaidi Marasabessy. Subagyo HS merupakan mantan KSAD dan juga sebelumnya aktif di Partai Hanura. Luhut Panjaitan juga dikenal dekat dengan Partai Golkar. Sementara Suaedy Marasabesi adalah Wakil Ketua Komisi Pengawas DPP Partai Demokrat.(byu/net/jpnn/che/k1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar