Rabu, 20 Maret 2013

KARIR BUKAN PEKERJAAN ?


   Apa bedanya karir dan pekerjaan? Pernah berpikir seperti itu? I think about it this day…
Cuma mau share aja sama yang ada di pikiranku (what’s on my mind). Kalo nulis status di facebook ‘what’s on my mind’ kebanyakan, gak cukup. Status di facebook punya maksimal karakter (batas nulis huruf/simbol/dsb), pikiranku gak cukup di”tuangkan” di beberapa karakter.
Ok, kembali ke pikiranku sore ini… apa bedanya karir dan pekerjaan? Carrier and job? Karir itu sesuatu yang menyenangkan, dan pekerjaan adalah sesuatu yang kadang membosankan, kadang menyebalkan, kadang melelahkan, bahkan kadang menyakitkan.Tanya kenapa?
Pernah denger orang bilang “gue benci ni kerjaan” ato “kerjaan gue bosenin banget” ato “aku benci banget sama yang aku kerjain”. Seringnya “i hate my job”, jarang (aku sendiri gak pernah denger) orang bilang “i hate my carrier”. Bener gak?

Jadi, kalau anda mencintai apa yang sedang anda kerjakan, tak peduli berapa pun yang anda dapat (uang/materi) dari pekerjaan itu (bahkan tidak mendapat apapun selain ucapan terima kasih), berarti anda sedang mengerjakan karir anda. Tapi, jika anda mulai berpikir “buat apa gue susah-susah ngerjain ini, toh hasilnya gak value (sesuai) buat hidup gue”, itu artinya anda sedang mengerjakan pekerjaan anda. I’ll do it for living, that’s it… that’s your job.Ngerti kan?
Dulu, aku pernah denger orang sukses (lupa siapa namanya) bilang “cintai pekerjaan anda, tak peduli berapa banyak yang anda dapatkan, maka anda akan mendapatkan apa yang anda inginkan“. Percaya? Jujur, waktu itu saya juga gak percaya. Tapi setelah saya bepikir hari ini, hal itu ada benarnya.
Contoh, anda melakukan sesuatu pekerjaan, tapi anda selalu mengeluh tentang itu, anda ‘menghabiskan’ pikiran anda untuk keluhan-keluhan yang selalu anda pikirkan, berapa banyak pikiran yang anda sita untuk selalu mencari alasan ini dan itu untuk tidak menyukai pekerjaan anda? Padahal, dengan pikiran yang anda relokasikan untuk keluhan anda, bisa digunakan untuk membuat ‘bagaimana perkerjaanku menjadi lebih baik’. Itu kenapa orang yang bekerja, suka melihat jam tangannya atau jam dinding tempat dia bekerja, untuk mengetahui sudah berapa lama ia habiskan hidupnya untuk “sesuatu yang tidak menyenangkan ini”. Bener kan? Sesuatu yang menyenangkan akan anda lakukan tanpa melihat berapa banyak atau berapa lama anda dengannya… dengan hal yang sedang anda kerjakan. Misal, anda merasa senang saat belanja, jalan-jalan ke shopping center, apa yang anda katakan? “Aduh… gak kerasa ya udah 3 jam gue disini, padahal masih banyak toko yang belum gue liat.” Atau buat yang suka maen game, “gila coy, udah subuh! Udah 8 jam kita disini.” Itulah kenapa game center billingnya kebanyakan di’sembunyikan’, biar orang lupa waktu. Dan semua tempat yang “menyenangkan” biasanya tidak memasang jam dinding. Kasino, tempat dugem, mal… (ada mal yang pasang jam gede di tengah-tengah bangunan?).
Beda dengan saat anda mengerjakan karir anda (pekerjaan yang dengan senang hati anda lakukan). Bahkan kata-kata yang terucapkan dari mulut anda, kurang lebih sama seperti kata-kata orang yang menghabiskan waktu menyenangkan mereka. “Buset, udah sore aja… padahal masih banyak yang belum gue kerjain” (bukan berarti dari tadi dia gak ngapa2in). Tapi, banyak juga orang yang seperti ini disebut ‘workaholic’ atau gila kerja. Tiap sisi pasti ada negatifnya kan?
Dalam pekerjaan, gak ada “kenaikan” pangkat atau bahasa kerennya : promosi. Kenapa? Karena biasanya orang yang bekerja ya gitu-gitu aja, jarang melakukan sesuatu inisiatif tindakan atau melakukan inovasi baru. Sedang dalam berkarir, biasanya orang akan menemukan hal-hal baru dalam pekerjaannya yang dirasa kurang baik, dia akan selalu berpikir “bagaimana membuat ini menjadi lebih baik”. Hasilnya? Orang-orang yang berkarir akan mendapat hidup yang lebih baik. Disamping dia merasa tidak pernah terbebani dengan apa yang dikerjakannya, dia juga lebih bisa melakukan lebih banyak hal dengan pekerjaannya. Pikirkan ini, “seorang tukang bersih-bersih dapur restoran, sekarang menjadi seorang pemilik food courts ternama… yang dia lakukan hanya selalu memperhatikan koki memasak, bagaimana pelayan menghidangkan makanan, dan tetap berpikir bagaimana membuat dapurnya tetap bersih. Karena ia merasa ITU DAPURNYA, bukan milik yang punya restoran. Jadi, dia merawatnya seperti miliknya. Lama-lama dia diangkat menjadi pelayan, karena kerjaannya sebagai tukang bersih-bersih memuaskan pemilik restoran tersebut. Sebagai pelayan, dia selalu melayani pelanggannya bagaikan tamu-tamunya, bukan sebagai orang yang ingin makan di tempat itu. Akhirnya, suatu hari datang seorang kaya yang suka dengan pelayanannya. Dan orang kaya itu memberinya kepercayaan untuk mengelola restorannya. Dengan pengalamannya, hasil dari mengamati hal-hal yang terjadi di tempat kerjanya, dan lagi… dia menganggap restoran itu miliknya, dia selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk tempat itu. Hingga saatnya dia mempunyai cukup modal dan pengalaman, dia mencoba mendirikan restorannya sendiri. Dan dia masih melakukan hal yang sama (sudah menjadi kebiasaan). Hingga akhirnya dia bisa membuat restoran-restoran lain di banyak tempat, dengan orang-orang kepercayaan yang dia rekrut dengan memperhatikan orang-orang yang bekerja di restoran yang dia kunjungi (hal yang sama dengan yang terjadi padanya dulu).”
Jadi, apa yang sedang anda lakukan sekarang? Mengerjakan pekerjaan anda atau melakukan karir anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar